Kabupaten ini terletak di posisi 105º-108º Bujur Timur dan 02º,65’-03º,60’ Lintang Selatan di sepanjang Bukit Barisan serta terklasifikasi sebagai daerah Bukit Range pada ketinggian 500-1.000 dpl dengan Luas wilayah keseluruhan 192.424 Ha dari total luas ini seluas 134.834,55 Ha adalah Kawasan Konservasi dengan peruntukan untuk Kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat 111.035,00 Ha, Hutan Lindung 20.777,40 Ha dan Cagar Alam 3.022,15 Ha.
Secara historis Kabupaten Lebong memiliki sejarah yang cukup panjang
dalam catatan sejarah di Indonesia, catatan sejarah tersebut merupakan
saksi bahwa Kabupaten Lebong memiliki nilai historis yang cukup
tinggi, Suku Rejang merupakan satu komunitas masyarakat di Kabupaten
Lebong yang memiliki tata cara dan adat istiadat yang dipegang teguh
sampai sekarang
Pada mulanya suku bangsa Rejang dalam kelompok-kelompok kecil hidup
mengembara di daerah Lebong yang luas, mereka hidup dari hasil-hasil
Hutan dan sungai, pada masa ini suku bangsa Rejang hidup Nomaden
(berpindah-pindah) dalam tatanan sejarah juga pada masa ini disebut
dengan Meduro Kelam (Jahiliyah), dimana masyarakatnya sangat
mengantungkan hidupnya dengan sumber daya alam dan lingkungan yang
tersedia.
Barulah pada zaman Ajai mereka mulai hidup menetap terutama di
Lembah-lembah di sepanjang sungai Ketahun, pada zaman ini suku bangsa
Rejang sudah mengenai budi daya pertanian sederhadan serta pranata
sosial dalam mengatur proses ruang pemerintahan adat bagi warga
komunitasnya. Menurut riwayat yang tidak tertulis suku bangsa Rejang
bersal dari Empat Petulai dan tiap-tiap Petulai di Pimpin oleh seorang
Ajai. Ajai ini berasal dari Kata Majai yang mempunyai arti pemimpin
suatu kumpulan masyarakat. Dalam zaman Ajai ini daerah Lebong yang
sekarang masih bernama Renah Sekalawi atau Pinang Belapis atau sering
juga di sebut sebagai Kutai Belek Tebo. Pada masa Ajai masyarakat yang
bekumpul sudah mulai menetap dan merupakan suatu masyarakat yang komunal
didalam sisi sosial dan kehidupannya sistem Pemerinatahan komunial ini
di sebut dengan Kutai. Keadaan ini ditunjukkan dengan adanya kesepakatan
antara masyarakat tersebut terhadap hak kepemilikan secara komunal.
Semua ketentuan dan praktek terhadap hak dan kepemilikan segala sesuatu.
Ajai merupakan kelompok masyarakat yang terdiri bari beberapa kategori
ajai, kategori ajai tersebut merupakan satu komunitas yang hidup di
beberapa lokasi atau tempat sebagai berikut :
- Ajai Bintang memimpin sekumpulan manusia yang menetap di Pelabai suatu tempat yang berada di Marga Suku IX Lebong
- Ajai Begelan Mato memimpin sekumpulan manusia yang menetap di Kutai Belek Tebo suatu tempat yang berada di Marga Suku VIII, Lebong
- Ajai Siang memimpin sekumpulan manusai yang menetap di Siang Lekat suatu tempat yang berada di Jurukalang yang sekarang.
- Ajai Malang memimpin sekumpulan manusia yang menetap di Bandar Agung/Atas Tebing yang termasuk kedalam wilayah Marga Suku IX sekarang.
Pada masa pimpinan Ajai inilah datang ke Renah Sekalawi empat orang
Biku/Biksu masyarakat adat Rejang menyebutnya Bikau yaitu Bikau
Sepanjang Jiwo, Bikau Bembo, Bikau Pejenggo dan Bikau Bermano. Dari
beberapa pendapat menyatakan bahwa para Bikau ini berasal dari Kerajaan
Majapahit namun beberapa tokoh yang ada di Lebong berpendapat tidak
semua Bikau ini bersal dari Majapahit. Bikau ini merupakan utusan dari
golongan paderi Budha untuk mengembangkan pengaruh kebesaran Kerajaan
Majapahit, dengan cara yang lebih elegan dan dengan jalan yang lebih
arif serta mementingkan kepedulian sosial dan menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur budaya lokal
Kota Tua Kabupaten Lebong
Sebutan kabupaten Lebong sebagai kota tua merupakan satu catatan sejarah
berdirinya kota Lebong, dilihat dari struktur dan kondisi kota yang ada
di Kabupaten Lebong saat ini terlihat jelas bahwa kabupaten Lebong
merupakan kota tua, seperti adanya peninggalan penambangan emas dari
zaman penjajahan Belanda, dan dari bentuk arsitektural bangunan di
Kabupaten Lebong, selain itu pola tata ruang kota Lebong menunjukan kota
tersebut hasil karya peninggalan konsep tata ruang bangsa Belanda.
Sejarah mengapa kabupaten Lebong merupakan kota tua, karena di Kabupaten
Lebong ini terdapat sumber daya alam berupa tambang emas, dan tambang
emas tersebut menjadikan ketertarikan pemerintah Hindia Belanda untuk
mendirikan kota diLebong tepatnya di daerah Muara Aman.
Beberapa peninggalan tambang emas tua di Kabupaten Lebong sampai saat
ini masih difungsikan dan di ekplorasi baik secara semi modern atau
secara tradisional, namun sayang bangunan-bangunan sejarah seperti di
desa Tambang Sawah tinggal puing saja yang merupakan saksi bisu bahwa
Lebong merupakan kota tua.
Kejayaan Kabupaten Lebong sebagai daerah yang memiliki potensi alam dan
sumber daya mineral sudah dikenal sejak jaman dahulu, semenjak kolonial
Belanda ada di Indonesia, bukti-bukti kejayaan tersebut sampai
sekarang masih terlihat dari sisa - sisa peninggalan tambang
emas tua di Kabupaten Lebong. Beberapa sisa-sisa peninggalan tambang
emas tersebut sampai sekarang masih di manfaatkan oleh masyarakat, dan
diexplorasi oleh pihak swasta dengan izin dari Pemerintah Kabupaten
Lebong, seperti yang terdapat di tambang emas Lubang Kacamata
Pada masa revolusi, wilayah ini telah berkontribusi dalam
pembangunan Monumen Nasional, atau yang dikenal dengan nama MONAS di DKI
Jakarta, pada puncaknya terdapat emas, dan menurut sejarah sebagian
emas tersebut dari Lebong.
Untuk mengenang hal ini di Lebong terdapat monumen replika MONAS untuk
mengingatkan bahwa emas MONAS yang ada di Jakarta berasal dari
Kabupaten Lebong, bukti tersebut berupa monumen jalan menuju Tambang
Emas Lobang Kacamata, Muara Aman. Tambang Emas tersebut masih
diexplorasi sampai sekarang.
Kiranya Kabupaten Lebong sebagai kota tua yang memiliki aset budaya dan
kekayaan alam yang cukup melimpah baik kekayaan hayati, mineral dan
budaya wajib dijaga kelestarian.