Kerajaan Negeri Daya didirikan pada tahun 1480 M dengan raja pertama “Sulthan Salathin Alaidin Ri’ayat Syah” atau lebih dikenal dengan julukan “Po Teumeureuhom”, atau “Cik Po Kandang” yang membawahi empat kerajaan yang di persatukannya, yaitu:
Kerajaan Negeri Keuluang.
Kerajaan Negeri Lamno.
Kerajaan Negeri Kuala Unga, dan
Kerajaan Negeri Kuala Daya.
Kerajaan ini merupakan bagian dari kerajaan Nanggroe Aceh Darussalam yang ditetapkan oleh Sulthanah Siti Hur Khairil Barri Wal Bahriyah yang berkuasa pada tahun 1520 M – 1553 M.
Negeri Daya sebelumnya dikenal dengan Negeri Indra Jaya, karena pada abad ke V masehi, di pesisir barat Aceh, kalau sekarang berada di Kuala Unga dan Pante Ceureumen Kecamatan Jaya, Asal usul Negeri ini didirikan oleh keturunan raja Negeri Sedu yang melarikan diri dari serbuan armada China yaitu di Panton Bie yang sekarang masuk dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar, dalam catatan:
Dalam catatan Marcopolo Negeri Indra Jaya disebut dengan “DAGROIAN”, Marcopolo sewaktu pulang dari Tiongkok singgah di negeri ini.
Dalam kitab Mahabrata Negeri Indra Jaya disebut dengan BHARAT.
Negeri Indra Jaya dengan pusat pemerintahannya di Kuala Unga, sangat disayangkan sampai dua abad lamanya tidak diketahui sejarahnya, baru pada abad ke VII Masehi pelabuhan RAMI (EL-RAMI) di Lamno Negeri Indra Jaya ramai disinggahi kapal-kapal dagang Asing termasuk dari Negara Arab, Persia, Tiongkok dan India, dan pada abad ke VIII Masehi pelabuhan EL-RAMI di Lamno Negeri Daya sudah menjadi bandar yang rutin disinggahi oleh pedagang dari Negara Arab dan Yunani.
Pada abad ke X Raja Kerajaan Perlak yaitu Meuruah Pupok dengan gelar Teungku Sangob atau Meureuhom Unga putera Makhdum Malik Musir Ibni Makhdum Malik Ishaq Ibni Makhdum Malik Ibrahim Johan Berdaulat, merebut kembali pusat Pemerintahan Indra Jaya dari pendudukan armada China, tepatnya di Gampong Keude Unga sekarang. dan pada abad ke XIV Masehi Kekuasaan Portugis di Negeri Keuluang dilumpuhkan oleh “Sulthan Alaiddin Ri’ayat Syah” dan membentuk Kerajaan Negeri Daya. Pada masa kepemimpinannya Negeri Daya mengalami perubahan besar, rakyatnya hidup makmur dan sejahtera sekaligus merupakan puncak Kejayaan Negeri Daya.
ASAL KETURUNAN RAJA DI KERAJAAN NEGERI DAYA
Raja Negeri Daya Sulthan Salathin Alaidin Ri’ayat Syah atau lebih dikenal dengan “Po Teumeureuhom”, atau “Cik Po Kandang” adalah putra raja madat “Raja Pidie” yang menakluk Negeri Darul Kamal dan Kuta Alam, dan sekarang berada dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar, atau dalam sejarah lebih dikenal dengan nama “Sulthan Inayat Syah” putera raja “Abdullah Malikul Mubin”, selanjutnya keturunan ini menjadi cikal bakal Raja-raja di Aceh Darussalam, “Sulthan Inayat Syah” dikaruniai 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan, 3 orang anak laki-laki yaitu:
Sulthan Muzaffar Syah mewarisi Negeri Darul Kamal.
Sulthan Munawar Syah mewarisi Negeri Kuta Alam.
Sulthan Salathin Alaiddin Ri’ayat Syah menjadi raja di Kuta Madat, Negeri Pidie dan terakhir sebagai raja di Negeri daya, atau lebih dikenal dengan “Po Teumeureuhom”, atau “Cik Po Kandang”.
RIWAYAT SINGKAT KERAJAAN INDRA JAYA
SEBELUM DITAKLUK MENJADI KERAJAAN NEGERI DAYA.
Pada abad ke XI Masehi Negeri Indra Jaya kedatangan serombongan bangsawan dari samudera Pasai yaitu rombongan “Datuk Paghu” putera maha raja “Bakoi Ahmad Permala Syah” yang berkuasa di samudera pasai pada tahun 801-831 M, “Datuk Paghu” dianugerahi tiga orang putra, yaitu:
“Johan Pahlawan” atau Syeh Johan”.
“Datok pahlawan syah”.
“Muda Perkasa”
Rombongan ini membuka daerah yang masih runyam dan membangun negeri baru, negeri yang dibangunnya dibagi kepada putranya, yaitu:
Wilayah Negeri Kuala Daya meliputi Lam Beusoe di kuasai dan diperintahkan oleh “Johan Pahlawan” Atau Syeh Johan”.
Wilayah Negeri Keuluang di kuasai dan diperintahkan oleh “Datok Pahlawan Syah” yang dikenal sebagai pemberani.
Wilayah Negeri Lamno, di kuasai dan diperintahkan langsung oleh “Datuk Paghu” dibantu oleh putranya yang bungsu yaitu “Muda Perkasa
