Powered by Blogger.

Blog Archive

21/02/2018

Sejarah Dan Asalu Usul Kabupaten Brebes

  Dramaqi       21/02/2018
Gunung Slamet yang perkasa masih terlihat malu-malu membiru, diburu kelabu biru-biru kabut, dikejar kuning kemuning senja dibalik punggungnya. Rerumputan, kayu jati, bunga dan dedaunanya masih menggigil kedinginan, kaki-kakinya basah. Berembun. Tes… tes… tes menetes air yang semalam sampai sepertiganya masih berwujud asap-asap purba mengembara dari gunung kini menetes dari daun yang paling atas, jatuh kedaun yang paling bawah,dan tergelincirlah ia jatuh membenam ke tanah sesuai sunah-Nya.
Kesibukan sudah mulai sebelum alarm alamiah dari bengokan ayam jago yang menggaung sahut menyahut dari kaki gunung slamet hingga bibir pantai randusanga.
Kocap Kacarita, disebuah halaman belakang kabupaten Brebes Bi Ojah sedang sibuk menggaruk-garuk tanah dengan sapu lidinya, beberapa menit setelahnya sampah daun melinjo dan mangga kering terkumpul dan siap untuk dibakar.
Seorang pemuda gagah nampak berlari tersaruk-saruk oleh sarungnya masuk dari pintu belakang.
“Biiii…..” teriaknya sambil terus berlari menuju kandang kuda yang terletak sepuluh meter dipojok kanan halaman belakang kabupaten.
Ya, dialah laksito selepas sholat shubuh beginilah pekerjaanya merawat Kyai Genta kuda kesayangan SinuwunyaGusti Kanjeng Bupati. Dia anak Pangon (Anak gembala bayaran : Ind) kesayangan Kanjeng Bupati, rapi pekerjaanya dan tekun ibadahnya. “Wah…. Ingin aku selalu melihat Laksito merawat Si Genta…” Kata-kata puas dan sanjung puji selalu Bupati berikan karena puas melihat hasil kerja Laksito.
Setelah, Kandang dan kudanya sudah selesai dibersihkan biasanya , Laksito menikmati seduhan teh poci dan kue alu-alu yang tiap hari disediakan Bi Ojah, barulah ia berangkat menuju persawahan untuk mencari rumput hijau makanan pokok untuk Kyai Genta kuda rawatanya.
“Bi… aku berangkat kesawah dulu yah…” Laksitho berpamitan dengan Bi Ojah sambil menyangkutkan dua keranjang bambu kosong wadah rumput kebahu sebelah kananya, sebuah sabit tanpa warangka (Sarung : Ind.), ia taruh disalah satu keranjang bambunya, dan hilanglah sosok Lakshito dibalik pintu gerbang pendopo kabupaten.
Ditelusurinya pematang sawah yang tanahnya masih lembab terkena embun, menuju kaki bukit wanasari yang rumputnya hijau dan lebat, setelah sampai Lakshito tanpa ragu menyabit semua rumput gajah yang tumbuh liar dikaki bukit, satu keranjang terisi penuh Lakshito pun merasa lelah.
“Glek…glek…glek….” Buah jakun Lakshito tampak naik turun mereguk air kendi yang ia bawa, dan selalu ia minum dibawah pohon besar rindang di kaki bukit wanasari.
logoblog

Thanks for reading Sejarah Dan Asalu Usul Kabupaten Brebes

Previous
« Prev Post