Namun, seperti yang ditulis I Nyoman Singgin Wikarman dalam buku, Bangli Tempo Doeloe (Yayasan Wikarman Bangli, 2003), Bangli diberikan status baru sebagai panegara atau kerajaan vasal di bawah pusat pemerintahan langsung kerajaan Gelgel dengan pengangkatan I Gusti Wija Pulada sebagai Anglurah di Bangli padaSoma Julungwangi, Sasih Kesanga Penanggal ping 9 Caka 1375. Jika dikomparasikan dengan tahun Masehi, maka saat pengangkatan tersebut yakni 14 Maret 1453 Masehi.
Sementara itu, Bangli sebagai sebuah kerajaan yang berdaulat lepas dari kekuasaan Gelgel pada tahun 1686 , ketika terjadi pemberontakan I Gusti Agung Maruti di Gelgel. Puri Bangli sebagai pusat kota kerajaan Bangli sendiri mulai didirikan I Dewa Gde Bencingah sekitar tahun 1576 Masehi, setelah I Gusti Peraupan dikalahkan Tamanbali dan Nyalian.
Namun, yang dipilih sebagi hari jadi kota Bangli bukanlah 14 Maret 1453, melainkan 10 Mei 1204. Hal ini, menurut Singgin, didasari pemikiran bahwa prasasti Kehen C menunjukkan Bangli ketika itu sudah menjadi sebuah kesatuan wilayah menyusul adanya penetapan batas-batas wilayah oleh raja.
Asal-usul nama Bangli sendiri yang berkembang di tengah–tengah masyarakat memiliki banyak versi. Dalam babad dan cerita rakyat setempat disebutkan, Bangli berasal dari kataJarak Bang atau Bangkliki. Konon, Bangli didirikan di atas hutan jarak. Namun, ada juga cerita-cerita yang menyebutkan nama Bangli berasal dari kata banggi yang berarti “kurang ramah”. (b.)
